Senin, 26 Januari 2009

3 PANDANGAN MANUSIA TERHADAP KEMATIAN


  1. Mati itu adalah mati tidak ada apa-apa lagi untuk selanjutnya, tidak akan dihidupkan kembali, tidak akan ada pemeriksaan di alam kubur, tiada siksaan atau kenikmatan kubur dan bahkan pembalasan di hari akhirat pun tiada. Matinya manusia itu seperti matinya tumbuh-tumbuhan saja, atau rusaknya benda.


  1. Di alam kubur tidak ada siksa atau kenikmatan, kecuali nanti setelah hari kiamat.


  1. Mati adalah perubahan keadaan, berpisahnya roh dari jasad. Alam kubur/alam barzah ialah alam sesudah mati, alam pemisah dunia dan akhirat. Di sana roh akan menerima siksaan atau kenikmatan.

Sesuai yang saya pelajari, saya memandang kebenaran yang ketiga. Jika kita mau aman, patut juga kita memilih yang ketiga. Dengan asumsi, jika kita sudah berbuat dan beramal sesuai tuntunan agama, kemudian tidak ada siksa kubur atau akhirat, kita aman. Kalau ternyata ada, kita telah mempersiapkannya. Apa pun pendapat Anda. Kita akan mengetahui jawabannya ketika mati.


Sumber : Ada Apa Setelah Mati : H.Moch Anwar, dengan perubahan ( PT. ALMA’ARIF 1986 )

Minggu, 18 Januari 2009

Meninggalnya Fir'aun


Peristiwa pada abad kedua belas SM atau sekitar 3.200 tahun yang lalu ini, sekelumit dikisahkan dalam Al Qur’an dalam Surah Yunus ayat 90-92 yang artinya :


90. Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

91. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal Sesungguhnya kamu Telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

92. Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.


Yang perlu digarisbawahi adalah kalimat : hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. Peristiwa meninggalnya Fir’aun begitu jauh dengan masa ketika turunnya Al-Qur’an, kecuali melalui kitab Perjanjian Lama. Memang perihal meninggalnya Fir’aun adalah disebabkan tenggelam di Laut Merah orang-orang mengetahuinya, namun bagaimana informasi mengenai keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya adalah sesuatu hal yang tidak diketahui siapapun.


Adalah kenyataan bahwa sekarang mummi Fir’aun benar-benar menjadi pelajaran, dan bisa disaksikan, dipelajari, dan diteliti oleh generasi sekarang.


Menurut pakar sejarah, bahwa penguasa Mesir yang tenggelam itu bernama Maneptah (Mernptah?) yang memerintah antara 1224 SM hingga 1214 SM atau 1204 menurut pendapat lain.


Pada Juni 1975, ahli bedah Prancis, Maurice bucaille, mendapat izin untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang mumi tersebut dan menemukan bahwa Fir’aun meninggal di laut. Ini terbukti dari bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya, walaupun sebab kematiannya-menurut pakar tersebut-diakibatkan oleh shock.


Saudara, hal-hal seperti inilah yang kerap membuahkan perenungan saya, kesesuaian Al Qur’an dengan berbagai penelitian sains modern begitu sulit untuk terbantahkan. Bagaimana pendapat Saudara ?



Sumber : Membumikan Al-Qur’an oleh M.Quraish Shihab- Mizan 1999